Menurut Dandhy Laksono, tudingan tersebut dianggap sebagai konklusi yang terkesan buru-buru.
Baca Juga: Prilly Latuconsina Jadi Pemilik Persikota Tangerang, Susul Rafi Ahmad dan Atta Halilintar
Bahkan, Dandhy Laksono menegaskan bahwa penyebutan perbudakan atau eksploitasi hal yang berlebihan.
Dandhy Laksono beranggapan, isu ini muncul lantaran warganet tidak mengikuti sepak terjang mereka, sehingga memiliki asumsi yang berbeda.
"Jadi kami merilis poster agak sembrono. Jadi teman-teman yang mungkin tidak mengerti latar belakang kami siapa, konteks poster munculnya apa, dan segala macem. Itu kemudian ya menganggap ini sesuatu yang layak diukur dengan ukuran-ukuran umum, mungkin hari ini menjadi persoalan bagi publik," terang Dandhy Laksono.
Dandhy Laksono menjelaskan, istilah perbudakan sulit diukur dengan indikator yang relevan di masa sekarang.
Baca Juga: Banyak Kuliner Yang Dipercaya Membawa Keberkahan, Tapi Jangan Hidangkan Ini Saat Imlek!
"Tapi ya kalo ini dianalogikan seperti perbudakan, saya enggak tau meresponsnya," tambah Dandhy.
Sedikit berbeda dengan Dandhy, rekannya Farid Gaban, justru berterima kasih dengan polemik yang muncul di sosial media.
Farid Gaban yang juga jurnalis senior itu menganggap berbagai tudingan negatif itu sebagai ruang untuk diskusi.