Jawaban Dandhy Laksono saat Dituding Lakukan Perbudakan Karena Tak Bayar Relawan Ekspedisi Indonesia Baru 2022

1 Februari 2022, 13:53 WIB
Dandhy Laksono dibanjiri kritik, warganet menuding mereka melakukan praktik perbudakan dalam Audisi Ekspedisi Indonesia Baru 2022. /Twitter @dandhy_laksono

PURBALINGGAKU- Baru-baru ini, Dandhy Laksono dibanjiri kritik karena membuka Audisi Ekspedisi Indonesia Baru 2022.

Para warganet di Twitter menyebut Dandhy Laksono melakukan praktik perbudakan karena tidak menjanjikan bayaran kepada relawan untuk Ekspedisi Indonesia Baru 2022.

Padahal, para relawan yang nantinya terlibat dalam Ekspedisi Indonesia Baru 2022 bersama Dandhy Laksono akan mengikuti perjalanan selama satu tahun.

Tudingan perbudakan dalam proyek Ekspedisi Indonesia Baru 2022 ini akhirnya mendapat tanggapan dari Dandhy Laksono saat idbaru.id membuat Space Twitter yang bertajuk Open House FAQ pada Senin, 31 Januari 2022 malam.

Baca Juga: PPKM Jawa Bali Diperpanjang, Berikut 22 Daerah di Jawa Tengah yang Masuk Level 2

Dalam Space Twitter tersebut, Dandhy Laksono mengupas beberapa hal yang menjadi atensi warganet, terutama terkait tudingan perbudakan dalam Ekspedisi Indonesia Baru 2022.

Bahkan Dandhy Laksono sempat memita maaf karena proyek sosial Ekspedisi Indonesia Baru 2022 sempat menimbulkan kegaduhan.

"Kami meminta maaf kalau memang poster itu menimbulkan keriuhan dan bagi teman-teman yang belum pernah mengikuti latar belakang ekspedisi ini," ungkap Dandhy Laksono.

Namun, Dandhy Laksono juga menyayangkan tudingan yang dilayangkan kepada mereka.

Menurut Dandhy Laksono, tudingan tersebut dianggap sebagai konklusi yang terkesan buru-buru.

Baca Juga: Prilly Latuconsina Jadi Pemilik Persikota Tangerang, Susul Rafi Ahmad dan Atta Halilintar

Bahkan, Dandhy Laksono menegaskan bahwa penyebutan perbudakan atau eksploitasi hal yang berlebihan.

Dandhy Laksono beranggapan, isu ini muncul lantaran warganet tidak mengikuti sepak terjang mereka, sehingga memiliki asumsi yang berbeda.

"Jadi kami merilis poster agak sembrono. Jadi teman-teman yang mungkin tidak mengerti latar belakang kami siapa, konteks poster munculnya apa, dan segala macem. Itu kemudian ya menganggap ini sesuatu yang layak diukur dengan ukuran-ukuran umum, mungkin hari ini menjadi persoalan bagi publik," terang Dandhy Laksono.

Dandhy Laksono menjelaskan, istilah perbudakan sulit diukur dengan indikator yang relevan di masa sekarang.

Baca Juga: Banyak Kuliner Yang Dipercaya Membawa Keberkahan, Tapi Jangan Hidangkan Ini Saat Imlek!

"Tapi ya kalo ini dianalogikan seperti perbudakan, saya enggak tau meresponsnya," tambah Dandhy.

Sedikit berbeda dengan Dandhy, rekannya Farid Gaban, justru berterima kasih dengan polemik yang muncul di sosial media.

Farid Gaban yang juga jurnalis senior itu menganggap berbagai tudingan negatif itu sebagai ruang untuk diskusi.

"Walaupun kata perbudakan itu agak terlalu keras ya. Tapi, kalau buat saya oke saja," ujar Farid Gaban.

Baca Juga: Mengenal Tradisi Imlek, Perayaan yang Berusia 4 Ribu Tahun di Indonesia

Menurut Farid, yang menjadi alasan kenapa syarat relawan Ekspedisi Indonesia Baru 2022 dibuat dengan standar tinggi karena faktor risiko.

Untuk itu, dia mempersilahkan tim independen untuk membuat perjanjian tersendiri dengan pihak asuransi.

"Jadi, saya mempersilahkan tim indepenen untuk misalnya, kita punya nanti sudah menyusun misalnya semacam perjanjian dengan teman-teman. Kesepakatan gitu ya. Mereka memeriksa gitu, apakah cukup fair untuk, baik peserta maupun kami," ungkap Farid.

Diketahui, Ekspedisi Indonesia Baru merupakan perjalanan selama setahun untuk merekam masalah sosial di Indonesia.

Ekspedisi Indonesia Baru 2022 ini diinisiasi oleh Dandhy Laksono dan Farid Gaban setelah sebelumnya sukses menggelar Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa dan Ekspedisi Indonesia Biru.***

Editor: M Fahmi

Tags

Terkini

Terpopuler