Saat asyik bersantap, tibalah gandhek utusan Sultan Pajang yang dititahkan untuk membunuhnya.
Gandhek Sultan itu merupakan prajurit pilih tanding, tanpa banyak cingcong langsung bersiap dengan keris terhunus. Adipati Wargautama tentu saja kaget dengan kejadian itu hingga terjadi adu mulut.
Saat Sang Gandhek dan Adipati berdebat, datanglah prajutit kedua yang menyusul tergesa sembari berteriak-teriak dan melambaikan tangan dari atas kuda.
Baca Juga: Karl Marx ‘Bapak Komunis’ Ternyata Punya Keponakan yang Jadi Bupati Purbalingga, Ini Buktinya
Prajurit pertama yang siap membunuh menoleh ke arah datangnya suara itu, terlihat rekannya yang melambaikan tangan.
Isyarat itu ditangkapnya sebagai tanda untuk segera mengeksekusi, maka tanpa ba bi bu dibenamkanlah keris ke dada Sang Adipati.
Adipati Wargautama tersungkur berlumuran darah. Orang nomor satu di Kadipaten Wirasaba itu pun meninggal dunia.
Sesaat sebelum menemui ajalnya, Adipati Wargautama sempat memberi pesan kepada para pengiringnya dari Wirasaba.
Baca Juga: Ternyata Sudah Ada Pabrik Zaman Prasejarah di Purbalingga, Ini Buktinya
Ada 5 pesan berupa larangan atau ipat-ipat kepada seluruh warga Wirasaba dan anak turunannya: