SERI SEJARAH PURBALINGGA: Pemindahan Alun-Alun dan Tanggal Lahir Purbalingga (9)

26 September 2021, 11:17 WIB
Ketua DPRD Kabupaten Purbalingga, Bambang Irawan berziarah ke makam Dipakusuma IV. /Humas Pemkab Purbalingga

PURBALINGGAKU- Atas petunjuk dan bimbingan Kiai Arsantaka, pusat pemerintahan yang semula di  Karanglewas dipindahkan ke sebuah wilayah yang dianggap lebih subur dan strategis bernama Purbalingga.

Sejak saat itulah, Purbalingga lepas dari Banyumas, menjadi kadipaten yang tersendiri dibawah Kasultanan Surakarta.

Menurut catatan Kantor Kesantanan Sidikoro, Baluwerti, Keraton Surakarta pada hari Senin Legi 26 Selo tahun Ehe 1684 (tahun jawa) atau 23 Juli 1759 dibangunlah alun-alun dan rumah kadipaten serta segala sesuatunya yang berkaitan dengan pusat pemerintahan.

Baca Juga: SERI SEJARAH PURBALINGGA: Jasa Arsantaka: Lahirnya Kadipaten Purbalingga (8)

Dengan demikian, lahirlah Purbalingga dengan adipati atau bupati pertama adalah Ki Arsayuda, putra Ki Arsantaka dari Kadipaten Onje dengan Nyai Merden yang merupakan anak Adipati Wargautama II (Adipati Mrapat) dari Kadipaten Wirasaba.

Ki Arsayuda tak lain adalah cucu dari Adipati Onje II, buyut dari Sultan Pajang Hadiwijaya alias Jaka Tingkir yang diberikan kepada Ki Tepus Rumput.

Ki Arsayuda kemudian bergelar Raden Tumenggung Dipayuda III, memerintah tahun 1759-1787.

Baca Juga: SERI SEJARAH PURBALINGGA: Petualangan Ki Arsantaka (7)

Pada perkawinan dengan puteri Yudanegara III, Ia dikaruniai dua orang anak, yaitu  Nyai Citrawangsa dan Masajeng Trunawijaya.

Dipayuda III menikah lagi dengan dengan Nyai Tegal Pingen, putri Ki Singayuda yang juga cucu Pangeran Makhdum Wali Perkasa dari Pekiringan, Karangmoncol.

Dari perkawinan ini, Dipayuda III menurunkan 5 orang anak, yaitu, Dipakusuma I yang meneruskan jabatan ayahnya menjadi Bupati Purbalingga kedua (1792-1811).

Baca Juga: SERI SEJARAH PURBALINGGA: Awal Mula Pecahnya Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan Banjarnegara (6)

Lalu anak kedua, Raden Dipawikrama menjadi Ngabehi Dayeuhluhur, Raden Kertosono menjadi Patih Purbalingga, Raden Nganten Mertakusuma Kemranggon dan Kiai Kertadikrama yang menjadi Demang Purbalingga.

Dipakusuma I kemudian digantikan anak sulungnya Danakusuma yang kemudian bergelar Raden Mas Tumenggung Bratasudira sebagai bupati ketiga yang memerintah tahun 1811-1831.

Danakusuma merupakan putera Dipakusuma I dengan Raden Ayu Angger, puteri Pangeran Prabu Aria Amijaya yang merupakan cucu Mangkunegara I.

Baca Juga: SERI SEJARAH PURBALINGGA: Pantangan Orang Wirasaba Menikah dengan Orang Toyareka! (5)

Raden Mas Tumenggung Bratasudira digantikan anaknya, Adipati Dipakusuma II sebagai bupati keempat (1831-1855) yang merupakan puteranya dengan Mbok Mas Widata dari Kawong.

Dipakusuma II kemudian digantikan anaknya Raden Adipati Dipakusuma III sebagai bupati kelima (1855-1868), puteranya dengan istri kedua Raden Ayu Karangsari, puteri RT Citrasuma, Bupati Jepara.

Raden Adipati Dipakusuma III kemudian digantikan Raden Adipati Dipakusuma IV sebagai bupati keenam (1868-1883) yang merupakan putera Dipakusuma II dengan istri ketiganya yang bernama Raden Ayu Brobot.

Baca Juga: SERI SEJARAH PURBALINGGA: Tragedi Cinta Putri Kadipaten Wirasaba dan Demang Toyareka (4)

Bupati ketujuh adalah Dipakusuma V 1883-1893 yang menggantikan ayahnya Dipakusuma IV. Ia merupakan anak Dipakusuma IV dengan istrinya yang bernama Raden Ayu Dipa Atmaja.

Berikutnya, tampuk kekuasaan Bupati kedelapan adalah Raden Brotodimejo 1883-1899 yang sebelumnya menjadi Patih Purbalingga.

Brotodimejo digantikan Raden Tumenggung Adipati Dipakusuma VI (1899-1925) yang merupakan adik Dipakusuma V.

Baca Juga: SERI SEJARAH PURBALINGGA: Tragedi Terbunuhnya Dua Puteri dan Lahirnya Ki Arsantaka (3)

Lalu, ia digantikan K.R.A.A Soegondo (1925-1946), putera Dipakusuma IV yang juga menantu dari Pakubuwono X.

Setelah era Soegondo terjadi kekosongan kekuasaan karena terjadinya revolusi kemerdekaan sampai kemudian pemilihan bupati dipilih oleh DPRD setelah Republik Indonesia berdiri.***

 

Gunanto Eko Saputro PURBALINGGAKU/M Fahmi

Artikel ini dilansir dari blog igosaputra.

Gunanto Eko Saputro, lahir di Desa Langgar, Kecamatan Kejobong, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah pada 13 Agustus 1983.

Igo, sapaan akrabnya, merampungkan program sarjana Ilmu Manajemen Hutan di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Magister Ilmu Lingkungan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed).

Tahun 2006, ia bekerja di Majalah Tempo sebelum akhirnya memilih jalan ninja sebagai abdi negara di tanah lahirnya, Purbalingga.

Saat ini Igo memiliki ketertarikan baru di bidang sejarah. Bahkan dia sudah menerbitkan buku Seri Sejarah Purbalingga.

Igo bisa disapa di dunia maya pada laman facebook Igo Saputra, Instagram @igoendonesia dan blog igosaputra.

Editor: M Fahmi

Sumber: Gunanto Eko Saputro

Tags

Terkini

Terpopuler