Ekspedisi Pecinta Alam Purbalingga Ungkap Penyebab Longsor Siregol: Hutan Berubah Jadi Kebun Kapulaga

- 7 April 2022, 12:16 WIB
Teguh Pratomo, anggota Perhimpunan Pegiat Alam Ganesha Muda (PPA GASDA) temukan kebun kapulaga di kawasan konservasi Perhutani Desa Sirau, Kecamatan Karangmoncol, Purbalingga, baru-baru ini.
Teguh Pratomo, anggota Perhimpunan Pegiat Alam Ganesha Muda (PPA GASDA) temukan kebun kapulaga di kawasan konservasi Perhutani Desa Sirau, Kecamatan Karangmoncol, Purbalingga, baru-baru ini. /Dok PPA Gasda/

PURBALINGGAKU – Bencana longsor terus menerus terjadi di jalan yang menghubungkan Desa Kramat – Sirau, Kecamatan Karangmoncol atau yang biasa disebut Jalur Siregol.

Terbaru, Selasa kemarin 5 April 2022, longsor kembali terjadi di jalur yang membelah kawasan hutan itu hingga memutus akses jalan.

“Kali ini longsor lebih besar dari sebelumnya. Material batunya lebih besar-besar dan lebih banyak,” ujar Hendri Sutrisno, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Autentic Desa Sirau, Rabu 6 April 2022.

Baca Juga: Polsek Mrebet Punya Kapolsek Baru, Kapolres: Banyak Tugas Menanti Laksanakan Dengan Baik!

Hendri menambahkan, lokasi terjadinya longsor kali ini tak jauh dari titik sebelumnya.

“Kalau yang sekarang ini lokasi longsor ada di 11 titik,” ujarnya.

Menurut Hendri, longsor yang terus menerus terjadi salah satunya diakibatkan oleh masifnya perusakan hutan.

“Saat ini banyak hutan yang sudah dirambah atau diubah menjadi kebun kapulaga,” ujarnya.

Analisis Hendri diamini oleh aktivis pecinta alam Purbalingga, Teguh Pratomo dari Perhimpunan Pegiat Alam Ganesha Muda (PPA Gasda).

Baca Juga: Warga Purbalingga, Ini Cara Cek Apakah Anda Dapat STB Gratis

Belum lama ini, sejumlah komunitas Pecinta Alam di Purbalingga melakukan penelusuran di sekitar perbukitan tersebut.

Hasilnya, sungguh mencengangkan. Deforestasi yang terjadi di kawasan hutan lindung Perhutani itu berjalan cukup masif.

Fakta bahwa kawasan hutan yang seharusnya ditumbuhi pepohonan sudah berubah menjadi kebun kapulaga.

“Kami melakukan survei pada 4-6 Maret 2022 lalu dan faktanya memang demikian, daerah yang seharusnya hutan lindung sudah menjadi ‘Taman Kapulaga Indah’. Selain itu memang terjadi juga penebangan liar,” ujarnya.

Anggota Perhimpunan Pegiat Alam Ganesha Muda (PPA GASDA) temukan kebun kapulaga di kawasan konservasi Perhutani Desa Sirau, Kecamatan Karangmoncol, Purbalingga, baru-baru ini.
Anggota Perhimpunan Pegiat Alam Ganesha Muda (PPA GASDA) temukan kebun kapulaga di kawasan konservasi Perhutani Desa Sirau, Kecamatan Karangmoncol, Purbalingga, baru-baru ini.

Teguh merinci, survei yang dilakukan melewati kawasan hutan mulai dari Desa Kramat sampai ke Sirau.

“Kondisinya memang sudah memprihatinkan, jika dari tepi jalan masih tampak seperti hutan, tak sampai satu kilometer kami berjalan sudah penuh tanaman kapulaga,” ujarnya.

Penyuluh Kehutanan Wilayah Karangmoncol Hijrah Utama menambahkan, budidaya kapulaga tanpa memperhatikan kondisi tutupan lahan memang tidak baik dari sisi konservasi.

“Sebenarnya kapulaga adalah tanaman tumpangsari namun karena kondisi tanaman pokok kayu-kayuannya hilang menyebabkan tanah kehilangan daya cengkram sehingga longsor kerap kali terjadi. Jadi permasalahan pokok sebenarnya lebih diakibatkan hilangnya tanaman pokok kayu-kayuan,” katanya.

Baca Juga: Balap Liar Sambil Ngabuburit di Mrebet Purbalingga, Sepuluh Kendaraan Diamankan Polisi

Apalagi kondisi lahan di area sekitar jalur Siregol memang memiliki kemiringan curam yang seharusnya memang untuk konservasi bukan budidaya. Kemudian, tanaman pokok, kondisinya banyak yang ditebang.

“Jika tutupan lahannya berkurang atau hilang dengan curah hujan yang tinggi tentunya akan meningkatkan risiko longsor, itulah yang terjadi di Siregol,” ujar alumnus Magister Ilmu Lingkungan Unsoed itu.

Ketua PPA Mayapada Rully Suyitno menyatakan longsor Siregol memantik keprihatinan komunitas pecinta alam Purbalingga.

Baca Juga: Kunjungi Vaksinasi di Purbalingga, Ganjar: Kita Genjot Vaksinasi Dosis 3

Pihaknya sudah kerap melakukan penanaman pohon dan sosialisasi tentang konservasi. Namun, kata Rully, hal itu harus diikuti kesadaran masyarakat dan dukungan semua stakholder.

“Waktu longsor pertama kami langsung beraksi dengan menanam 3.300 pohon oleh gabungan pecinta alam Purbalingga. Namun, hal itu akan terus terjadi jika perusakan hutan masih terus dilakukan,” ujarnya.

Sebagai informasi, kawasan hutan di area Siregol dan sekitarnya merupakan benteng hutan alam terakhir di Purbalingga.

Ketua Ekspedisi Sisik Naga Gunanto Eko Saputro menyebutkan kawasan hutan itu masih memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi.

“Hasil ekspedisi kami di tahun 2020 bersama Kelompok Studi Biologi Unika Atmajaya mengidentifikasi setidaknya ada 46 jenis burung, berjenis primata,mamalia serta keanekaragaman hayati lainnya, termasuk yang dilindungi seperti Owa Jawa (Hylobates Moloch) dan Elang Jawa (Nizaetus bartelsii),” ujarnya.***

Editor: M Fahmi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah