Contoh Esai yang Mengungkap Pemikiran Max Weber

- 24 September 2023, 19:53 WIB

 

 

 

PURBALINGGAKU - Dalam contoh esai ini, Anda akan menjelajahi perjalanan meikiran Max Weber. 

Lebih lanjut, contoh esai ini membahas pendekatan sosiologi Weber yang berfokus pada pemahaman interpretatif. 

Berikut ini adalah contoh esai yang mengungkap pemikiran Max Weber serta bagaimana pemikiran tersebut mempengaruhi perkembangan masyarakat.

"Max weber lahir di Erfurt, Jerman pada tanggal 21 April 1864 dengan nama lenhkap Karl Emile Maximillian Weber. Kedua orang tuanya memiliki latar belakang dan kecenderungan yang berbeda. Ayahnya seorang politikus yang kaya dan cerdas, sedangkan ibunya seorang calvinis yang orientasinya selalu pada kesederhanaan dan akhirat. Karena hal tersebut, weber kesulitan dalam menentukan identitas diri dan kebimbangan dalam menentukan siapa yang menjadi panutan dalam hidupnya ke depan. Tidak sampai di situ, weber merupakan sosok yang cerdas, ia lebih memilih jalan kompromi. Selama 8 tahun lamanya ia berkecimpung pada ajaran ayahnya yang menjadikan ia sebagai mahasiswa aktif, berani dan cerdas. Setelah itu ia berganti haluan untuk mengikuti ajaran sang ibu yang menjadikan ia sebagai mahasiswa disiplin, kerja keras, hidup prihatin dan segala ajaran yang cenderung religius.

Maka menurut Weber, sosiologi adalah ilmu yang berhubungan dengan pemahaman interpretatif. Tujuannya agar dalam menganalisis dan mendeskripsikan masyarakat tidak sekadar soal yang tampak saja. Analisis dan deskripsi tentang masyarakat harus diinterpretasi sedemikian rupa agar penjelasan tentang individu dan masyarakat yang dimaksud tidak keliru. Bagi Weber sosiolog (ilmuwan sosiologi) memiliki kelebihan dibandingkan dengan ilmuwan alam. Kelebihan itu adalah kemampuan sosiolog dalam memahami fenomena sosial. Ilmuwan alam tidak dapat memperoleh pemahaman seperti sosiolog tersebut. Inti sosiologi bukan bentuk-bentuk substansial dari kehidupan masyarakat maupun nilai yang obyektif dari tindakan, tetapi hanya makna nyata tindakan perseorangan karena timbul dari alasan subyektif itu (Verstehende sociologi. Verstehen berguna dalam melahirkan rasa empatk. Empati dalam hal ini adalah kemampuan menempatkan diri di dalam kerangka berpikir orang lain yang perilakunya hendak diperjelas, situasi serta tujuan2nya hendak dilihat sesuai dengab perpekif itu. Ini jelas sama halnya dengan berusaha mendiring untuk mengamnil pedan orang lain.

Sudah kita ketahui bersama kalau Weber menawarkan model analisis sistem simbol dengan pendekatan verstehen (pemahaman) yang memungkinkan orang untuk bisa menghayati apa yang diyakini oleh pihak lain tanpa prasangka tertentu. Dalam tradisi verstehen, jika obyeknya adalah sistem budaya, maka bisa dibedakan antara tradisi agung (great tradition) dan tradisi rendah (litlle tradition). Verstehen memungkinkan tindakan empatif seseorang. Melalui beberapa karyanya, kita bisa mengetahui jika Weber adalah seorang ilmuwan sosial yang antipositivisme metodologis. Itu ia tunjukkan dengan studi aksi sosial melalui penafsiran (bukan murni empiris) untuk mencapai pemahaman dan kemudian empati dangan cara mendasarkan pada pemahaman tujuan dan makna bahwa individu menjalankan tindakan mereka sendiri. Weber tidak percaya pada monokausalitas (penyebab tunggal atas adanya aksi tertentu) dan –karena itu- ia mengusulkan bahwa untuk hasil apapun bisa ada beberapa penyebab.

Menurut weber, fokus kajian sosiologi itu tindakan sosial dimana setiap tindakan ini merupakan hasil dari definisi situasi individu (cara manusia mengkerangkakan kondisi. Tindakan sosial ini sifatnya subjektif, sehingga perlu untuk di tafsirkan. Weber membagi tindakan sosial menjadi empat tipe yakni rasional instrumental yang mengacu pada tindakan berlandaskan dari rasionalitas seseorang untuk mencapai tujuan tertentu , kedua rasional nilai mengacu pada tindakan yang dilandasi oleh kepercayaan pada nilai tertentu, ketiga afeksi mengacu pada tindakan yang dilandasi oleh perasaan seseorang individu seperti menangis di pemakaman, keempat tradisional mengacu pada tinsakan yanh dilandasi oleh tradisi yang sudah ada sejak jaman dahulu. Dalam pemikirannya tentang etik protestan, ia menyatakan bahwa ada hubungan antara doktrin keagamaan dengan semangat kapitalisme. ide etik protestan seperti kerja keras, disiplin, hidup hemat, dan sederhana dapat menghasilkan sebuah kehidupan yang baik kedepannya. Sikap hidup demikian membuat kapitalisme/orang hidup sejahtera semakin banyak. Karena mereka memiliki modal (uang) hasil dari hidup yang tidak foya-foya."

Halaman:

Editor: M Fahmi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x