Pembelajaran Daring Berpotensi Rugikan Siswa, WHO Sarankan Seluruh Sekolah di Indonesia Kembali Dibuka

15 September 2021, 20:24 WIB
Ilustrasi PTM Terbatas, Mendikbudristek Cek 3 Sekolah di Jakarta, Ini Pesan dari Nadiem Makarim. /Tangkap Layar Instagram @nadiemmakarim./

PURBALINGGAKU - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Unicef mendorong pemerintah Indonesia untuk melonggarkan izin pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah secara lebih luas.

WHO menilai, pembelajaran daring dinilai berpotensi merugikan perkembangan siswa di Indonesia.

Diketahui, Pemerintah Indonesia telah mengizinkan sekolah di wilayah PPKM Level 3 untuk menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas sejak 6 September 2021.

Namun, kebijakan tersebut dinilai belum cukup. Pasalnya, lebih dari 60 juta murid di Indonesia terdampak penutupan sekolah yang dilakukan sejak Maret 2020 akibat pandemi Covid-19, akan tetapi baru 39 persen sekolah yang telah memberlakukan PTM secara terbatas.

Baca Juga: Mantan Polisi Ini Jadi Penadah Sindikat Pencuri Spesialis Mobil Pikap di Purbalingga

Penutupan sekolah dinilai telah berdampak terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak, yang berada dalam tahap penting perkembangannya, serta memiliki konsekuensi jangka panjang.

dikutip Purbalinggaku dari laman Anadolu, anak di luar sekolah lebih berisiko menjadi korban eksploitasi, kekerasan fisik, emosional, dan seksual.

Selain itu, angka perkawinan usia anak di Indonesia juga menunjukkan kenaikan signifikan. Menilik data di pengadilan-pengadilan agama, permohonan dispensasi pernikahan di bawah umur meningkat tiga kali lipat dari 23.126 permohonan pada 2019 menjadi 64.211 pada 2020.

 

Perwakilan WHO untuk Indonesia,Paranietharan berpendapat, dengan angka kasus Covid-19 yang tinggi sekalipun, WHO menyarankan agar sekolah kembali dibuka dengan menerapkan protokol kesehatan.

Baca Juga: Lantik Sekda Baru, Herni Sulastri Jadi Sekda Perempuan Pertama Dalam Sejarah Purbalingga

"Dengan aturan kesehatan yang ketat, sekolah dapat menawarkan lingkungan yang lebih aman bagi anak-anak dibandingkan dengan keadaan di luar sekolah," katanya melalui keterangan tertulis, Rabu, 15 September 2021.

Masalah paling umum yang terjadi saat pembelajaran daring adalah keterbatasan koneksi internet karena kendala letak geografis.

Belum lagi kondisi orang tua murid yang tidak memiliki waktu dan tenaga yang cukup untuk mendampingi siswa dalam pembelajaran daring.

Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran bagi orang tua siswa akan kemampuan akademis anaknya.

Baca Juga: Ada Doorprize Kambing hingga Kompor untuk Warga Desa Serayularangan Purbalingga yang Mau Divaksin

Perwakilan Unicef di Indonesia, Debora Comini mengatakan sekolah bagi anak tidak hanya berupa tempat belajar, namun juga tempat berteman, mendapatkan rasa aman, serta kesehatan.

"Semakin lama anak berada di luar sekolah, semakin lama pula mereka terputus dari bentuk-bentuk dukungan penting ini," katanya.

Oleh sebab itu, Debora mengatakan pembukaan kembali sekolah harus diprioritaskan dalam pelonggaran pembatasan mobilitas karena Covid 19.

Sehingga jutaan murid tidak menanggung kerugian pembelajaran dan potensi dirinya seumur hidup.***(Nurul Khadijah)

Disclaimer: Artikel ini telah tayang di Pikiran-rakyat.com dengan judul: WHO Sarankan Seluruh Sekolah di Indonesia Kembali Dibuka, sekalipun Kasus Covid-19 Tinggi

Editor: Gilang Grahita

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler