Anteng mengungkap menjadi hal itu menjadi keprihatinan. Karena pelestarian kesenian khas Banyumas tidak banyak yang memperhatikan. Dengan dimunculkannya kembali dia berharap ada perhatian dari semua pihak.
"Sebenernya banyak kesenian Banyumas, ada ujungan, gondolio, cowongan, termasuk wayang kulit pun kami punya gaya sendiri. Kami tidak sedang membandingkan bagus tidaknya tapi memberikan tanda saja bahwa di Banyumas ada gagrak banyumasan yang perlu dilestarikan," ujarnya
Sementara Ki Citut Purbocarito mengatakan dalam pertunjukan nanti malam akan mengangkat lakon Semar Maneges. Melalui pertunjukan dirinya ingin berpesan bahwa kejujuran pada saat ini menjadi hal yang utama dalam menjalani kehidupan.
Baca Juga: Dipamerkan di Pendopo Wijayakusuma, Begini Penampakan Keris Zaman Kerajaan Kadiri
"Nanti malam lakonnya Semar Maneges yang dibawakan dengan gagrak Banyumasan, yang intinya tidak ada kejelekan yang menang dari kebaikan," kata Citut
Menurutnya dalam dunia Pedalangan di Banyumas mengenal tiga versi atau gagrak. Dia menyebut antara lain gagrak lor gunung, gagrak kidul gunung dan gagrak senawangi.
"Gagrak lor gunung sudah punah, gagrak senawangi yang banyak dipake sekarang tapi sudah campuran ke wetan wetanan, nah kidul gunung itu saya Banyumasan mutlak dari A sampai Z punya sendiri," ujarnya
Citut menjelaskan perbedaan gagrak Banyumas dan Solo cukup kompleks. Hampir seluruh gaya penampilan, cukup berbeda dengan kebanyakan gaya penampilan wayang yang selama ini banyak dikenal masyarakat.
"Sebagai contoh suluk, hanjraen kang puspito arum itu punya Solo padahal Banyumas punya sendiri, Gara-gara juga punya sendiri, Suluk juga punya sendiri termasuk sabetan punya kembangan sendiri Banyumas," ungkapnya