10 Mitos tentang Kepemimpinan yang Perlu Dihilangkan

- 24 Oktober 2021, 11:10 WIB
Ilustrasi pemimpin.
Ilustrasi pemimpin. /Pixabay/GraphicMama-team

PURBALINGGAKU - Mitos membuat kita lebih mudah mengingat informasi. Sebab, seringkali mitos disajikan dalam bentuk  narasi.

Dengan mitos itu pula kita dapat belajar atau tumbuh dengan kisah-kisah yang menarik untuk memahami masalah yang beragam.

Namun demikian, mitos juga memiliki sisi negatifnya. Tanpa pencaritahuan lebih lanjut, mitos akan menjadi dogma.

Jika mitos beralih menjadi kepercayaan, bakal membuat kita bergantung pada pemikiran dan praktik yang sama sekali tidak efektif.

Hal itu karena, mitos adalah cara yang mudah untuk menjelaskan sesuatu yang tidak dapat dijelaskan. Termasuk di dalamnya mitoa tentang kepemimpinan.

Banyak cerita dan legenda yang mempengaruhi persepsi kita akan kepemimpinan yang ideal. Jika konsep kepemimpinan kita bergantung pada mitos, kita akan terjatuh dalam perangkap intelektual dan emosional yang gagal dalam memimpin.

Baca Juga: Peringati Harlah LPMNU Ke 92, PC LP Ma'arif Purbalingga Umumkan Juara Lomba

Diulas oleh Zina Sutch, berikut ini 10 mitos umum seputar kepemimpinan yang perlu kita atasi, seperti dikutip dari Addicted2succes, pada Minggu, 24 Oktober 2021.

 

1. Pemimpin Agresif Akan Berhasil
Pemimpin agresif tidak selalu berhasil. Faktanya, seringkali pemimpin yang menunjukan kekuatannya atau kekuasaannya justru menghambat kinerja dan membuat marah orang-orang yang sering diandalkan.

Menjadi agresif bukanlah tanda kekuatan. Agresif  itu adalah tanda ketidakamanan dan cara untuk menutupi kelemahan diri sendiri.

Agresifitas membuat orang tergantung pada paksaan untuk menyelesaikan sesuatu pekerjaan. Hal itu hanya menghasilkan upaya minimal dengan hasil yang terbatas.

Sementara itu, pemimpin penuh kasih yang bekerja dengan baik bersama orang lain adalah orang-orang yang berhasil menyelesaikan misi dengan sukses.

2. Pemimpin Memiliki Semua Solusi Permasalahan
Dunia yang kompleks tempat kita memimpin, terlalu mudah berubah untuk memiliki semua jawaban atas berbagai persoalan.

Siapa pun yang berpikir bahwa mereka harus memiliki setiap solusi sebenarnya sedang membodohi diri mereka sendiri.

Hal itu akan berbeda dengan mereka yang bekerja sama dengan orang lain.

Kita semua perlu bergantung pada orang lain untuk mengisi kekosongan, memberi kita wawasan tentang apa yang mungkin kita lewatkan, dan menerima keahlian dari mereka yang bekerja sama dengan kita.

Berusaha nenjadi orang yang rendah hati menciptakan jembatan bagi anggota tim, memelihara kepercayaan, dan mendorong kreativitas.

3. Pemimpin Tidak Punya Cukup Waktu
Tidak ada orang yang merasa memiliki cukup waktu, begitu pun dengan menjadi seorang pemimpin.

Waktu terbatas, hanya ada beberapa jam dalam sehari. Tetapi, para pemimpin yang hebat membuat pilihan yang lebih baik tentang bagaimana mereka menghabiskan waktu mereka.

Mereka menyisihkan waktu untuk meningkatkan kesadaran diri mereka, membangun hubungan, merawat diri mereka sendiri, dan orang-orang yang bekerjasama dengan mereka.

Mereka menginvestasikan waktu dengan orang yang dipimpin dan tahu orang-orang itu akan menginvestasikan kembali energi dan waktu mereka sebagai imbalannya.

Baca Juga: Ini Balasan untuk Orang-orang yang Jarkoni

4. Tipe Kepribadian Ekstrovert Menjadi Pemimpin yang Lebih Baik
Perbedaan utama antara ekstrovert dan introvert adalah ekstrovert berpikir ketika mereka berbicara dan introvert berbicara setelah mereka berpikir.

Sejujurnya, keduanya memiliki kelebihan dan  kekurangannya masing-masing. Tidak ada yang memiliki keunggulan atas yang lain dalam hal kepemimpinan.

Keduanya dapat memancarkan cinta, menjadi otentik, dan menemukan kegembiraan di tempat ia menjadi pemimpin.

5. Pemimpin Tidak Membuat Keputusan Sulit Berdasarkan Perasaan
Kita semua tahu bahwa para pemimpin membuat keputusan sulit sepanjang waktu. Faktanya, itu adalah salah satu hal yang harus dilakukan oleh para pemimpin.

Seringkali keputusan ini didasarkan pada data, sebagaimana mestinya.

Namun, ketika kita mendasarkan keputusan kita hanya pada data dan metrik dan mengabaikan perasaan mereka yang terkena dampak keputusan, kita kehilangan peluang luar biasa untuk membangun jembatan, mempercayai, dan mendapatkan dukungan yang sangat dibutuhkan orang lain.

Kecerdasan emosional itu penting dalam membangun hubungan dengan orang yang dipimpin.

Baca Juga: KH Said Aqil Siradj Ajak Santri Tekankan Aspek Sufistik dalam Dakwah

6. Pemimpin Bicara Apa Adanya
Hal ini menjadi kesalahpahaman paling umum tentang kepemimpinan.

Yaitu, pemimpin terlalu yakin dengan apa yang dipercayainya, sehingga ketika menyampaikan segala sesuatu, dia ucapkan sebagaimana yang yang ia pikirkan.

Padahal tidak semua orang bisa menerima cara kita menyampaikan pesan.

Para pemimpin membutuhkan kesadaran dan kepekaan sosial untuk menyampaikan visi mereka.

Para pemimpin hebat menyampaikan pesan dengan cara yang dapat dipahami dan diilhami orang lain.

7. Pemimpin Mendahulukan Misi Daripada Tim
Misi tidak akan tercapai tanpa kerja semua orang yang terlibat di dalamnya. Inilah masalah utama yang sering terulang.

Orang-orang dalam tim yang dipimpinlah yang akan menjalankan keputusan yang dibuat oleh para pemimpin.

Mereka akan mencurahkan waktu dan energi untuk pencapaian misi. Maka, merekalah yang pertama dan utama sebelum misi.

Jika orang tidak didahulukan, pencapaian misi akan menjadi biasa-biasa saja.

Misi itu penting, tentu saja. Itulah alasan orang bekerja atau bekerjasama di organisasi mana pun.

Mengibarkan bendera pencapaian misi ketika orang-orangnya merasa diremehkan dan tidak diperhatikan adalah misi yang gagal.

Baca Juga: Humor Santri NU: Kiai dan Lingkaran di Kalender

8. Pemimpin Sangat Dipercaya dan Berpendidikan
Mutos ini merupakan salah satu kesalahan terbesar dalam kepemimpinan.

Tidak hanya banyak individu dengan gelar sarjana dan intelektual terkenal yang gagal total sebagai pemimpin, tetapi banyak di luar sana tanpa gelar sarjana telah menjadi pemimpin yang luar biasa.

Hal penting sebagai pemimpin adalah kemampuan untuk terus mengenal diri sendiri dan mengenal orang-orang yang bekerja untuk mereka.

Hubungan manusia inilah yang paling penting.

9. Pemimpin Hebat Karena Bakat Sejak Lahir
Terkadang, mitos tersebut bisa benar. Tetapi tidak selalu demikian.

Pemimpin hebat kebanyakan tumbuh dari tempaan dan pembelejaran. Semua orang memiliki kapasitas untuk belajar menjadi pemimpin.

Menjadi pemimpin, membutuhkan kerja keras dan pembelajaran tanpa kenal lelah. Kita tidak dibatasi secara genetik untuk mewujudkan kemampuan dalam memimpin dan menginspirasi orang lain.

Baca Juga: Apa yang Kurang dari Silaturahim Via Online? Ini Jawabannya

10. Orang Akan Memanfaatkan Pemimpin yang Rendah Hati
Nitos di atas bisa terjadi jika hanya sworang pemimpin mengizinkannya terjadi.

Pemimpin dengan kerendahan hati menunjukkan kekuatan karakter yang luar biasa dan lebih mampu terhubung dengan orang lain dan membangun tim yang produktif dan berkinerja tinggi.

Seorang pemimpin yang rendah hati mampu mengatasi kinerja yang buruk dan perilaku tidak pantas secara jelas dan langsung.

---

Alih-alih menerima mitos-mitos tentang kepemimpinan begitu saja, para pemimpin harus menjadi pembelajar seumur hidup dan pencari kebenaran tentang siapa kita, bagaimana kita berhubungan dengan orang lain, dan pengaruh kita terhadap organisasi kita.***

Editor: Galuh Widoera Prakasa

Sumber: Addicted2succes


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah