PURBALINGGAKU - Selain inflasi dan suku bunga, nilai kurs mata uang menjadi salah satu penentu tingkat ekonomi negara.
Nilai kurs mata uang, berperan penting dalam perdagangan di suatu negara, yang menjadi faktor ekonomi pasar bebas di seluruh dunia.
Nilai kurs mata uang juga digunakan sebagai ukuran ekonomi yang perlu dianalisa, dan diperhatikan melalui kebijakan.
Sebenarnya banyak faktor penentu nilai kurs mata uang, yang kesemuanya saling berhubungan dengan perdagangan skala internasional.
Tapi nilai kurs mata uang secara harfiahnya, bersifat relatif sebagai perbandingan nilai mata uang dua negara.
Lebih lanjut, faktor apa saja yang mempengaruhi nilai kurs mata uang suatu negara?
Baca Juga: 5 Penyebab Fluktuasi Harga Emas, Kekuatan Ekonomi AS Berpengaruh
Laju Inflasi
Suatu negara yang memiliki laju inflasi konsisten, maka lebih rendah peningkatan nilai mata uangnya.
Sebab daya beli di negara tersebut, relatif akan meningkat pada jenis mata uang lainnya.
Sejauh ini, negara yang memiliki tingkat inflasi rendah yaitu Swiss, Jerman, dan Jepang sementara untuk AS dan Kanada menyusul kemudian.
Negara dengan tingkat inflasi yang tinggi, mengalami depresiasi mata uang jika dibandingkan dengan nilai mata uang dari mitra dagangnya.
Tidak hanya itu saja, depresiasi juga diiringi oleh tingginya tingkat suku bunga.
Suku Bunga
Korelasi antara inflasi, suku bunga, dan nilai tukar mata uang menjadi sangat erat satu sama lain.
Strategi bank central memanipulasi suku bunga, berpengaruh pada nilai tukar mata uang dan inflasi.
Sehingga, mengubah tingkat suku bunga menjadi berdampak pada nilai mata uang dan inflasi.
Tingginya suku bunga memberikan keuntungan bagi kreditur.
Sehingga adanya suku bunga tinggi, mampu menarik modal asing untuk bisnis Indonesia, hal ini meningkatkan nilai tukar mata uang.
Tapi hal ini juga berlaku untuk sebaliknya, yaitu apabila suku bunga rendah maka juga menurunkan nilai tukar tersebut.
Baca Juga: Download Aplikasi Pergerakan Harga Emas, Bantu Investor Tentukan Waktu Jual Beli Emas
Defisit Berjalan
Transaksi berjalan merupakan neraca antara suatu negara dengan mitra dagang yang melibatkan transaksi antara negara baik untuk barang, dividen, bunga, dan jasa.
Defisit berjalan, memperlihatkan suatu negara sudah menghabiskan danalebih banyak untuk aktivitas perdagangan internasional, daripada pendapatannya sendiri.
Sehingga diharuskan meminjam modal dari sumber asing, agar defisit dapat tertutupi.
Negara lebih banyak membutuhkan mata uang asing, yang diterima dengan cara eksport dan pemasokan mata uang negara lebih dari permintaan mata uang asing untuk produk-produk tersebut.
Permintaan akan mata uang asing yang berlebihan, dapat menurunkan nilai tukar di dalam negeri.
Penurunan tersebut, dapat terjadi secara terus menerus hingga barang dan jasa di dalam negeri sudah dianggap murah bagi orang asing.
Sementara aset asing masih terbilang mahal, apabila dijual demi kepentingan di dalam negeri.
Stabilitas Politik dan Ekonomi
Investor yang berasal dari luar negeri, biasanya akan mencari negara stabil sekaligus ekonominya menguat untuk mengucurkan modalnya.
Negara yang memiliki situasi positif dari segi politik dan ekonominya, dapat menarik masuknya nilai investasi dibandingkan dengan negara lain yang berisiko.
Kacaunya kondisi politik negara misalnya saja, dapat mengakibatkan memudarnya kepercayaan pada mata uang.
Sekaligus pergerakan modal beralih ke mata uang dari negara yang situasinya stabil.
Menurunnya nilai kurs mata uang, dapat mengurangi daya beli yang dapat memberikan pendapatan untuk bisnis Indonesia dan keuntungan modal.
Nilai kurs mata uang juga mempengaruhi hal lainnya seperti inflasi, suku bunga hingga keuntungan dari adanya surat berharga.***