Pemerharti sejarah Purbalingga, Gunanto Eko Saputro mengungkap segala catatan Schmalhausen selama tinggal di Jawa, dituangkan melalui goresan pena.
Baca Juga: Ada Tugu Mirip Monas di Purbalingga, Ternyata Begini Kisahnya
Pria yang akrab disapa Igo itu menyebut, salah satu karya monumental Schmalhausen adalah buku berjudul Over Java en de Javanen (Tentang Jawa dan Orang Jawa).
Di buku tersebut, keponakan Karl Marx menceritakan hasil 'blusukan' dan bertatap muka langsung dengan para petani dan buruh.
Terutama buruh yang bekerja pada sektor perkebunan di Pulau Jawa, termasuk di Purbalingga tentunya.
"Saat itu, era tanam paksa memang sudah berakhir dan diterapkan Undang-Undang Agraria baru pada 1870," katanya.
Baca Juga: Cara Memasak Nasi di Rice Cooker, Terbukti Pulen dan Tahan Selama 3 Hari
Namun, penderitaan rakyat belum berakhir karena beleid tersebut masih memberlakukan Hak Erfpacht bagi pemerintah dan pengusaha swasta Belanda.
Peraturan itu membuat rakyat tidak banyak memiliki lahan sendiri dan hanya diperankan sebagai pekerja di perkebunan-perkebunan Hindia Belanda.