Blended Learning, Langkah Strategis Mewujudkan Transformasi Digital Demi Meningkatkan Kapasitas SDM Indonesia

- 13 November 2022, 13:28 WIB
Ilustrasi Blended Learning
Ilustrasi Blended Learning /dok Sekolah Murid Merdeka

Graham (2006) mengemukakan bahwa model ini dirumuskan untuk memenuhi penggabungan metode yang diinginkan. Kelebihannya, dapat menutupi kelemahan pembelajaran konvensional. Graham mengilustrasikan kekuatan dan kelemahan yang berbeda dalam diskusi tatap muka, dibandingkan dengan diskusi berbasis digital. Misalnya seorang pengajar yang memilih menggabungkan keduanya, diawali dari eksplorasi singkat diskusi tatap muka untuk membangkitkan semangat dari topik yang dibahas, lalu dilanjutkan pemahaman mendalam pada diskusi digital.

Lebih lanjut, model blended learning dapat dibagi ke dalam 4 (empat) kuadran (Charuman dkk, 2018), sebagai berikut.

  1. Live Synchronous (LS) adalah pembelajaran antara siswa dan pengajar yang terjadi di waktu yang sama (tatap muka). Pembelajaran ini dapat melingkupi diskusi, presentasi, ceramah, workshop, praktek laboratorium, mentoring, role modelling dan pembelajaran lapangan.
  2. Virtual Synchronous (VS) adalah pembelajaran antara siswa dan pengajar yang terjadi di waktu yang sama, tetapi berbeda tempat. Pembelajaran ini melingkupi e-mentoring, konferensi audio, konferensi video dan web-based seminars (webinar).
  3. Self-Directed Asynchronous (SA) adalah metode pembelajaran antara siswa dan pengajar pada waktu dan tempat tertentu. Pembelajaran ini difasilitasi dengan simulasi, animasi, skenario, modul, link sumber dan online self-assessment.
  4. Collaborative Asynchronous (CA) adalah pembelajaran yang terjadi melalui sumber daya pihak ketiga. Pembelajaran ini menggunakan dimediasi menggunakan alat pembelajaran, misalnya e-mail, online bulletin boards, forum diskusi online, daftar mailing, dan online assignment.

Kuadran tersebut cocok diterapkan sebagai rencana strategis untuk mengubah kebiasaan pembelajaran konvensional menuju transformasi digital. Keduanya tetap bisa berjalan secara beriringan, tanpa menurunkan semangat peserta didik untuk tetap saling berinteraksi dengan pengajar maupun sesama peserta didik. Penanaman penggunaan blended learning, secara psikologis lama-lama akan membentuk suatu kebiasaan. Kebiasaan inilah yang mempermudah penerapan transformasi digital dengan tidak menghilangkan kebiasaan pembelajaran konvensional.

Penerapan Blended learning di Indonesia

Blended learning sudah mulai diterapkan di Indonesia, terutama saat pandemi covid 19 yang mengharuskan pembelajaran tanpa tatap muka. Hal ini menjadi dasar untuk melanjutkan metode pembelajaran campuran antara konvensional dan berbasis digital. Peserta didik mendapatkan pengalaman baru ketika pandemi sudah mereda.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prasetya dkk (2020) yang berjudul Designing Rich Interactive Content for Blended learning: A Case Study from Indonesia di Universitas Malang. Penelitian tersebut mengemukakan bahwa blended learning mampu menjawab kebutuhhan siswa yang tidak dapat menghadiri kelas sepenuhnya, tetapi menuntut adanya kesempatan untuk interaksi pribadi.

Studi tersebut mengusulkan pengembangan dan penggunaan konten praktis dan interaktif berbasis dokumen di EPUB3 untuk menyediakan konten intruksional yang menarik. EPUB3 adalah standar penerbitan digital dengan fitur canggih dan implementasi yang fleksibel. Konten buku digital EPUB3 diintegrasikan ke dalam sistem manajemen pembelajaran untuk mendukung pembelajaran campuran antara Synchronous dan Asynchronous.

Penyebaran kuisioner dilakukan pada 155 mahasiswa di Universitas Negeri Malang, Indonesia. Hasil menunjukkan bahwa model konten tersebut layak untuk dikembangkan dan cocok diterapkan dalam lingkungan blended learning. Mahasiswa memiliki antusiasme untuk terlibat dalam berbagai kegiatan pembelajaran yang menambah pengalaman baru bagi mereka.

Lalu, bagaimana pada level Pendidikan yang paling rendah? Seperti yang diketahui, bahwa siswa pada level Pendidikan dasar sulit dipahami sisi psikologisnya. Tetapi, kenyataan bahwa penggunaan teknologi saat ini sudah merambah ke berbagai usia, memberikan pengalaman tersendiri bagi seorang anak. Penggunaan teknologi menjadi memiliki manfaat yang lebih besar karena digunakan untuk memfasilitasi Pendidikan mereka.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulthoniyah dkk (2022) dengan judul Efektivitas Model Hybrid Learning dan Blended learning Terhadap Motivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa metode pembelajaran tersebut berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa Sekolah Dasar di MI Al-Karim Surabaya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran angket menggunakan Google Form dengan teknis analisis regresi linier berganda.

Halaman:

Editor: Tias Cahya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x