Mengenal Tradisi Begalan Desa Sidanegara Kabupaten Purbalingga

- 22 April 2022, 15:40 WIB
tradisi Begalan yang masih eksis di Desa SIdanegara Kabupaten Purbalingga
tradisi Begalan yang masih eksis di Desa SIdanegara Kabupaten Purbalingga /infowisata.purbalinggakab.go.id/


PURBALINGGAKU - Mungkin bagi sebagian orang tidak mengenal apa itu tradisi Begalan.

Tradisi Begalan dewasa ini cukup jarang ditemukan di tengah-tengah masyarakat.

Munculnya arus globalisasi menjadikan tradisi Begalan tidak lagi menarik bagi masyarakat.

Sebagian menganggap bahwa tradisi Begalan ini kuno dan terkesan tidak mengikuti perkembangan zaman.

Baca Juga: Apa Arti Mimpi Mendengar Kabar Orang Meninggal? Ini Tafsirnya dalam Al Quran dan As Sunnah

Padahal, sebuah tradisi itu bukan untuk dicaci maki atau disingkirkan ketika mendapat budaya baru.

Justru budaya tradisi semacam ini perlu dilestarikan untuk menjaga identitas bangsa.

Bagi masyarakat yang tinggal di Banyumas Raya khusunya Purbalingga, rasanya tidak asing lagi dengan istilah Begalan.

Biasanya tradisi Begalan akan ditampilkan ketika proses pernikahan.

Baca Juga: The Samingah Wised, Padukan Konsep Berwisata dan Beredukasi di Purbalingga

Tradisi Begalan akan dilaksanakan ketika sang mempelai pria merupakan anak pertama.

Meskipun sudah jarang ditemui, namun tradisi Begalan ini masih eksis di Desa Sidanegara Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga.

Tradisi Begalan di Desa Sidanegara ini biasanya dibarengi dengan tradisi Boyongan, Mitoni, dan Ngupati.

Baca Juga: Jelang Libur Lebaran, Kabupaten Purbalingga Genjot Sektor Pariwisata

Sebagai gambaran, proses Begalan ini umumnya dimulai dengan kemunculan sosok Gunareka dan Rekaguna yang memasuki tempat pernikahan.

Gunareka yang membawa ubarampe (perlengkapan) di dalam Pikulan dihadang oleh Rekaguna.

Kemudian, keduanya bertemu dan melakukan tarian peperangan singkat.

Setelah itu, keduanya menjelaskan maksud pertunjukan dan enyampaikan pesan pernikahan dengan gaya jenaka.

Biasanya pertunjukan tradisi Begalan ini diakhiri dengan mmepersilahkan para tamu atau penonton untuk berebut baramg-barang di dalam pikulan yang dibawa oleh pihak mempelai laki-laki.

Baca Juga: 9 Ton Minyak Goreng Curah Disiapkan Untuk Operasi Pasar di Purbalingga

Lalu perlengkapan (ubarampe) apa yang dibawa saat tradisi Begalan ini ditampilkan?

1. Pikulan atau wrangking, berarti suami istri harus menopang segala kebutuhan dan beban dengan tulus ikhlas dan sesuai dengan kekuatan diri, bukan kekuatan orang lain.

2. Ilir (kipas) bermakna ganda yaitu untuk sumber angin yang berguna untuk mendinginkan nasi dan menyalakan tungku. Makna ilir dalam begalan adalah nasihat untuk mendinginkan suasana dan tidak memanas-manasi orang lain.

3. Siwur memiliki makna agar kehidupan rumah tangga tidak dijalani dengan ngawur atau asal-asalan agar mampu hidup berdampingan dengan lingkungannya.

4. Irig atau saringan bermakna jika mempelai harus bisa menyaring dan berhati-hati dalam menjalani hidup.

5. Kukusan memiliki filosofi sedulur papat limo pancer tentang kesadaran spiritual. Selain itu, ada juga makna bahwa mempelai harus menyikapi panasnya gejolak hidup dengan sabar dan mengambil sisi baiknya saja untuk mendapatkan sebuah kenikmatan hidup.

6. Kekeb atau tembikar penutup penanak nasi berarti pasangan harus menutupi aib satu sama lain.

Baca Juga: RESMI! Spoiler One Piece 1047: GOMU GOMU NO THUNDER


7. Pedaringan atau kendil menyimpan pesan bagi istri agar bijak dalam menyimpan dan memanfaatkan rezeki yang diberi suami dan bisa memisahkan antara kebutuhan dan keinginan.

8. Layah atau ciri berarti tempat bercampurnya berbagai rasa layaknya omongan orang tentang pasangan yang pedas bagai sambal yang bisa diwadahi dengan baik maka akan tetap terasa enak.

9. Muthu atau ulekan menyimpan pesan agar mempelai dapat memecahkan segala masalah sekeras apapun agar bisa terselesaikan dan mencapai kenikmatan hidup.

10. Irus memiliki makna seseorang yang berumah tangga harus bisa mengolah rasa agar bisa menjadi pelajaran untuk tumbuhnya kedewasaan.

11. Padi bermakna kemakmuran dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari, serta sifat agar semakin tinggi semakin merunduk.

12. Palawija yang terdiri dari pala gumantung dan pada kependhem bermakna agar tidak menggantungkan hidup orang lain, serta harus bisa memendam rasa sakit hati dan tidak menyimpan dendam.

Demikian penjelasan mengenai tradisi Begalan yang masih eksis di Desa Sidanegara Purbalingga.***

Editor: M Fahmi

Sumber: infowisata.purbalinggakab.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah