PURBALINGGAKU- KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur adalah presiden Republik Indonesia keempat sekaligus tokoh penting dalam Nahdlatul Ulama (NU).
Pemikiran Gus Dur masih sangat berpengaruh bagi masyarakat secara umum dan NU khususnya.
Sedikitnya ada tiga hal yang menjadikan Gus Dur modern dalam pemikiran-pemikirannya.
Ketiganya adalah berpikir secara filosofi substantif, berbicara agama sebagai nilai moral, dan berpikir secara humanis.
Baca Juga: Mata Uang Kripto dalam Pandangan Islam, Wajib Baca Ini Sebelum Terlanjur
Komisioner Komisi Nasional Perempuan Ustadz Imam Nakha'i mengatakan hal itu saat Bedah Buku Gender Gus Dur, Selasa (18/1/2022) seperti dukutip dari NU Online.
Acara tersebut diadakan secara daring sebagai rangkaian haul Gus Dur yang diadakan oleh Santri Gus Dur Yogyakarta.
Nakha'i menjelaskan pertama Gus Dur ini memahami agama atau bahkan cara berpikir secara substansi, atau istilahnya filosofi substantif.
"Kalau dalam bahasa agamanya itu dia kelompok yang al-ma'nawiyah, jadi bukan kelompok al-harfiyah. Jadi berbicaranya di tingkat maqasid di tingkat tujuan, bukan bicara di tingkat wasail, sarana. Di tingkat sarana Gus Dur sudah selesai itu, sementara kita sekarang ini masih ini itu masih wasail, bagaimana berpakaian, bagaimana macam-macam lah, itu masih wasail," jelasnya.