Setelah lulus SMA, Prof Ahmad sempat mengikuti seleksi Akademi Militer (Akmil) tahun 1984 di Magelang, Jawa Tengah.
Namun takdir tak pernah mengizinkan Prof Agus menjadi serdadu. Dia gagal masuk Akmil karena tersingkir di Penilaian Panitia Penentu Akhir (Pantukhir).
Meskipun gagal, Ahmad muda tak lantas pulang ke kampung halaman, melainkan merantau ke Yogyakarta.
Ia sempat bekerja sebagai guru dan berjualan buku di shopping, kompleks Pasar Beringharjo sebelum akhirnya melanjutkan studi di IKIP Muhammadiyah Yogyakarta (sekarang Universitas Ahmad Dahlan).
"Keluarga baru tahu saya kuliah saat semester enam. Ini gara-gara saya dapat beasiswa harus minta tanda tangan orang tua,” kata Ahmad mengenang masa lalunya.
Selama kuliah, dia selalu menjadi asisten dosen hingga lulus. Dengan prestasinya itu, Ahmad lantas diterima menjadi dosen di kampusnya selama dua tahun.
Baca Juga: Lirik Lagu Pesawat Tempurku - Iwan Fals
“Awalnya saya mengajar di IKIP Muhammadiyah Yogyakarta dua tahun, setelah lulus tes PNS dosen, saya ditempatkan di UMP sebagai dosen diperbantukan (PNS DPK),” kisahnya.
Konsistensi dan kecintaannya terhadap matematika mengantarkan Ahmad meraih Magister di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dan PhD dari Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia pada tahun 2018.