Secara umum, dua orientasi pengajaran tersebut akan terekam di alam bawah sadar kita sebagai landasan untuk menilai orang lain.
Mereka yang lebih banyak diajarkan berorientasi pada hasil akan menilai tindakan atau perilaku yang nampak dari orang lain.
Sedangkan mereka yang berorientasi pada proses menilai orang lain dari niat atau sebab alasan melakukan sesuatu.
Masalah yang sering terjadi ialah, kita secara tidak sengaja mencampur keduanya. Hasilnya, terjadi bias dan standar ganda dalam penilaian.
"Kita cenderung menilai diri kita sendiri dari niat dan menilai orang lain dari tindakan mereka."
Sebagai contoh, kita menghakimi rekan kerja sebagai orang yang tidak disiplin karena terlambat menghadiri rapat.
Tetapi kemudian, memaafkan diri sendiri ketika terlambat rapat karena telah berusaha keras keluar dari macetnya jalan raya.
Munafik? Tentu. Karena itu, nilailah orang lain seperti kita menilai diri sendiri.
Baca Juga: 3 Cara Menghindari Maksiat Menurut Gus Baha, Ancaman Sering Tidak Mempan