Sejarah Purbalingga, Menguak Tabir Misteri Kadipaten Mesir

- 6 Juni 2022, 16:59 WIB
Diskusi Sejarah Purbalingga, Menguak Tabir Kadipaten Mesir oleh Historia Perwira, Minggu 5 Juni 2022
Diskusi Sejarah Purbalingga, Menguak Tabir Kadipaten Mesir oleh Historia Perwira, Minggu 5 Juni 2022 /Purbalinggaku/Rifatuts Tsaniyah

Masih dari pembacaan peta itu, pada Kadipaten Mesir kata Gunanto, pemukiman utama berada di sebelah timur Sungai Klawing yang untuk mencapainya dari Bannowatty harus melewati jembatan kayu selebar 18 roeden. (1 roeden = 3,367 meter). Kemudian ada nama tempat lainya, yaitu, Bukit Onje Luhur, Selinga dan Tambakbaja.

“Saya telusuri nama-nama tempat yang ada di dalam peta. Missier atau Mesir, sekarang menjadi nama pedukuhan di Desa Onje, Kecamatan Mrebet, Banowatty atau Banowati juga. Majapahit, kini juga nama pedukuhan di Desa Karangturi, dekat Onje. Selinga / Slinga merupakan yang masuk Kecamatan Kaligondang dan Tambakbaya nama padukuhan di Desa Patemon, juga sekitar Onje,” paparnya

Timbul pertanyaan dari diskusi sejarah Purbalingga itu, Kenapa namanya Mesir dan pimpinannya disebut Namrud?

Baca Juga: Refleksi Perang Rusia-Ukraina ala Gus Dur: Mati Ketawa Cara Rusia

Gunanto menjelaskan berdasarkan tulisan Toto Endargo berjudul ‘Kadipaten Mesir di Onje’ (26 April 2017) dan artikel Prof. Sugeng Priyadi dalam Jurnal Humaniora Edisi 2 Juni 2006 berjudul ‘Konflik Sosial Tabu Nikah pada Masyarakat di Pedesaan Purbalingga dan Banyumas’ serta cerita masyarakat setempat bahwa Mesir didirikan oleh cucu dari Adipati Onje II (Hanyakrapati) yang bernama Nur Alim. Ia merupakan anak dari Rara Surtikanti dengan Adipati Tegal. Saat sudah dewasa, Ia kembali ke Onje dan mendirikan kadipaten baru karena Onje sudah redup (silep) yang diberi nama Mesir.

"Nur Alim memberikan nama Mesir karena dididik secara Islam dan banyak mendengar cerita-cerita negeri-negeri yang berada di Al-Quran. Mesir kemudian berkembang menjadi wilayah yang cukup disegani," tambahnya

Dari cerita itu, sebagai penguasa keturunan Pajang, Nur Alim enggan tunduk terhadap Mataram dan Ia menolak untuk menghadap ke Susuhunan Amangkurat II selaku penguasa tertinggi di Tanah Jawa saat itu. Oleh karenanya, Ia dianggap penguasa yang sombong dan diberi julukan jelek, Namrud.

Baca Juga: Mengenal Tradisi Imlek, Perayaan yang Berusia 4 Ribu Tahun di Indonesia

“Jadi, Namrud adalah julukan bernada ejekan yang diberikan Mataram terhadap Nur Alim karena dianggap jumawa dengan tidak mau tunduk,” tuturnya

Singkat kata, Mesir pun digempur pasukan gabungan VOC – Mataram dan berhasil dikalahkan. “Mesir dibumihanguskan yang ditandai dengan keterangan di Peta yang menyebutkan tempat di mana Namrud dibunuh dan kemudian dibakar berserta rumah dan bentengnya,” pungkasnya.

Halaman:

Editor: Rifatuts Tsaniyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x