Ketika ia beranjak remaja
dan beban hidup bertambah berat saja,
tahilalat itu hijrah ke tengkuk ibunya,
tertutup rambut yang mulai layu,
seperti doa yang merapalkan diri
di tempat yang hanya diketahui hati.
Disingkapnya rambut si ibu,
diciumnya tahilalat itu: "Maaf,
sering lupa kuucapkan amin untukmu."
Baca Juga: Elegi Koperasi Mekar Purbalingga: Sepotong Nostalgia dan Harapan yang Tak Lekas Pudar
Akhirnya ia benar-benar sudah dewasa,
sudah siap meninggalkan rumah ibunya,
dan ia tak tahu tahilalat itu pindah ke mana.
"Jika kau menemukannya,
masihkah kau akan mengecupnya,
akankah kau menciumnya?" si ibu bertanya.
Ah, tahilalat itu telah hinggap
dan melekat di puting susu ibunya.
(2011)
Untuk mendapatkan buku elektronik "Kumpulan Puisi Joko Pinurbo Tahilalat" : KLIK DI SINI
Demikianlah puisi Tahilalat Joko Pinurbo alias Jokpin dalam buku kumpulan puisi berjudul sama terbitan Basabasi tahun 2017.***