Adik Kim Jong-un Tanggapi Seruan Damai Korea Selatan: Kami Juga Memiliki Keinginan yang Sama

26 September 2021, 07:05 WIB
Adik perempuan Kim Jong-un, Kim Yo-jong tanggapi seruan damai Korea Selatan. /REUTERS/Jorge Silva

PURBALINGGAKU - Korea Utara menanggapi seruan damai dari Korea Selatan. Pernyataan itu dikeluarkan oleh adik perempuan Kim Jong-un, yakni Kim Yo-jong melalui kantor berita pemerintah.

"Saya pikir hanya ketika ketidakberpihakan dan sikap saling menghormati dapat dipertahankan, maka akan ada kesepahaman yang lancar antara utara dan selatan," kata Kim Yo-jong seperti dikutip dari Reuters pada Senin 26 September 2021.

Dia mendesak Korea Selatan meninggalkan hostile policy atau kebijakan permusuhan antara Korea Selatan dan Korea Utara sebelum melakukan pembicaraan formal untuk mengakhiri Perang Korea 1950-1953.

Perang Korea 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai. Secara teknis, pasukan PBB yang dipimpin Amerika Serikat masih bersatus siap berperang dengan Korea Utara.

Seruan damai untuk mengakhiri perang diperumit dengan keinginan negara adikuasa untuk denuklirisasi Korea Utara.

Korea Utara selama beberapa dekade telah berusaha untuk mengakhiri perang tetapi Amerika Serikat enggan untuk setuju kecuali Korea Utara menyerahkan senjata nuklirnya.

Kim mengatakan bahwa dia memperhatikan dengan penuh minat diskusi konstruktif mengenai deklarasi resmi berakhirnya Perang Korea.

"Saya merasa bahwa suasana publik Korea Selatan yang ingin memulihkan hubungan antar-Korea dari kebuntuan dan mencapai stabilitas damai sesegera mungkin, terasa sangat kuat," katanya.

"Kami juga memiliki keinginan yang sama," ujar Kim, menambahkan.

Sebelumnya, Presiden Korea Selatan Moon Jae-i di Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa, mengulangi seruan untuk mengakhiri perang secara resmi.

Ide itu awalnya ditolak oleh petinggi Korea Utara dengan menyebutnya sebagai seruan yang terlalu dini. Namun, secara tak terduga Kim Yo-jong menanggapi dengan pernyataan sebaliknya.

Sebelumnya, harapan muncul untuk perdamaian di semenanjung korea. Yaitu, pada pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Kim Jung-un tahun 2018.

Tetapi, kemungkinan perdamaian pupus setelah tiga kali pertemuan tidak membuahkan hasil. Setelah itu, pembicaraan terhenti sejak 2019.

Minggu lalu, Presiden AS, Joe Biden mengatakan dalam pidatonya di PBB bahwa dia ingin "diplomasi berkelanjutan" untuk menyelesaikan krisis seputar program nuklir dan rudal Korea Utara.

Korea Utara telah menolak terlibat dalam "diplomasi berkelanjutan" AS dan kepala pengawas atom PBB. Kim Jong-un secara tegas mengatakan  bahwa program nuklirnya akan "berjalan penuh".***

Editor: Galuh Widoera Prakasa

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler