Social Movement Nadiem sebagai Pondasi Baru Pendidikan Indonesia

- 18 April 2023, 00:22 WIB
Ilustrasi mahasiswa
Ilustrasi mahasiswa /

Membangun rumah pendidikan secara utuh, tidak bisa hanya fokus pada pondasi saja. Sistem dengan konsep yang baik pun bisa gagal jika sub sistem di dalamnya tidak ditata dengan matang.

Indonesia dengan luas mencapai 1,905 juta km, dimana kondisi geografisnya berupa pulau-pulau terpencar, menjadi persoalan penting dunia pendidikan di tanah air. Apalagi masing-masing wilayah memiliki masalah yang berbeda. Mulai dari kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) pendidik, pemerataan teknologi, hingga aksesibilitas yang tidak sama.

Efektifitas Merdeka Belajar menjadi masalah tersendiri untuk diterapkan pada daerah yang jauh dari peradaban. Mahasiswa di luar Pulau Jawa di Program Kampus Merdeka berpeluang kesulitan dalam aksesibilitas dengan perusahaan dan dunia industri yang mayoritas berada di Jawa.

Indonesia, harus melakukan pemerataan pada aspek-aspek yang terlibat. Jika tidak, Kurikulum Merdeka hanya bisa dinikmati di kota-kota besar yang sudah terfasilitasi dengan baik oleh pemerintah dan dunia industri.

Konsep Merdeka Belajar di social movement Nadiem menjadi sebuah inovasi hasil evaluasi sistem pendidikan di negara lain. Konsep ini memprioritaskan minat dan bakat serta menghilangkan standar baku penilaian konvensional. Seperti kehadiran siswa dan mahasiswa di kelas-kelas, dengan setumpuk tugas.

Semua pihak harus konsisten dan menjadikan Merdeka Belajar sebagai pondasi rumah pendidikan di Indonesia kini dan di masa yang akan datang. Bahkan Finlandia butuh puluhan tahun menciptakan sistem pendidikan berskala dunia.

Solusi

Sebaik apapun sistem pendidikan yang dibangun, jika penerapannya hanya sekadar setengah hati akan berujung kegagalan. Dampaknya pembangunan sumber daya manusia di sebuah negara akan tertinggal. Baik dari sisi output pengetahuan, teknologi, dan kompetensi di era kompetisi global.    

Rumah besar pendidikan Indonesia kini sudah memiliki pondasi kuat di bawah tangan dingin Nadiem Makarim melalui sistem Merdeka Belajar. Bangsa ini tinggal melanjutkan dengan cara merawat konsistensi dan komitmen kolaborasi di setiap rezim.

Untuk tujuan besar berikutnya tidak perlu lagi bongkar pasang kurikulum yang menjadikan pelajar dan mahasiswa sebagai kelinci percobaan. Jika konsistensi ini diterapkan, bukan tidak mungkin cita-cita Indonesia 2040 sebagai negara maju tidak lagi sekadar cita-cita.***

Halaman:

Editor: Tias Cahya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x