Prancis Murka, Proyek Kapal Selam untuk Australia Ditelikung AS dan Inggris

- 20 September 2021, 08:10 WIB
Presiden Prancis Emmanuel Macron memulangkan duta besarnya di Australia.
Presiden Prancis Emmanuel Macron memulangkan duta besarnya di Australia. /REUTERS/Jean Bizimana/

PURBALINGGAKU - Australia membatalkan kesepakatan senilai 66 miliar dollar dengan perusahaan pertahanan Prancis, Naval Group, untuk membangun armada kapal selam konvensional. Keputusan tersebut memicu keretakan hubungan diplomatik kedua negara.

Menteri Luar Negeri Prancis, Jean Yves Le-Drian menilai Australia menikam mereka dari belakang setelah membangun pakta militer trilateral AUKUS dengan Amerika Serikat dan Inggris pada Rabu, 16 September 2021.

Kemitraan tersebut, membuang Prancis dari kontrak yang dimenangkannya pada tahun 2016. Dimana Prancis mengungguli tawaran dari Jerman dan Jepang atas  pembuatan 12 kapal selam konvensional untuk Australia.

Baca Juga: Kesaksian Nakes Korban KKB di Papua, Ditelanjangi dan Dianiaya hingga Meninggal

Melalui Pakta AUKUS, Australia beralih membangun delapan kapal selam bertenaga nuklir dengan teknologi buatan AS dan Inggris.

Isi Pakta Pertahanan Aukus itu melibatkan pertukaran informasi dan teknologi militer bersama antara Australia UK (Inggris) dan US (Amerika Serikat).

Atas keputusan Australia, Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menunjukan demonstrasi kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dia memanggil pulang Duta Besar-nya dari Amerika dan Australia.

"Ada penghinaan sehingga (hubungan) tidak berjalan baik di antara kita, tidak sama sekali," ujar Le Drian seperti dikutip Purbalinggaku.com dari Aljazeera pada Minggu, 19 September 2021.

Baca Juga: Surat Terbuka Irjen Napoleon: Siapa pun Bisa Menghina Saya, tapi Tidak Terhadap Allah ku

Halaman:

Editor: Galuh Widoera Prakasa

Sumber: Pikiran Rakyat Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x