Baca Juga: Subsidi BBM Perlu Disesuaikan, Upaya Mengurangi Beban Negara
Kalurahan Panggungharjo dengan idenya itu ingin memberikan pengalaman baru bagi masyarakat mengenai pengelolaan dan distribusi sampah digital.
Tidak sekadar mengangkut dan menimbun, aplikasi ‘Pasti Angkut’ hadir sebagai upaya merubah perilaku masyarakat dengan ‘keharusan’ memilah sampah dari rumah.
Pemilahan ini dilakukan oleh produsen dengan cara memisahkan jenis sampah organik, anorganik dan residu.
Apabila masyarakat sudah memilah tiga jenis sampah itu, mereka hanya membayar beban sampah residunya saja kepada jasa ‘Pasti Angkut’.
Baca Juga: Bawaslu Purbalingga Tekankan Pentingnya Netralitas ASN dan Birokrasi saat Pemilu 2024
Wahyudi, bercerita soal alur atau skema jasa angkut sampah, jadi hanya sampah residu seperti pampers, pembalut dll. yang dibayar jasanya oleh masyarakat/produsen.
Satu kilo residu dihargai sebesar seribu rupiah. Dibanding dengan jasa angkut pada umumnya, tarif ini jauh lebih menguntungkan masyarakat.
Sebab, selain terhitung murah, gagasan tersebut mengandung edukasi mengenai pilah sampah dari rumah.
Celaka jika masyarakat tidak pernah teredukasi soal pilah sampah, mereka akan terbiasa dengan jasa angkut sampah yang sekadar angkut timbun.