5 Tanda Pasanganmu Memiliki Gangguan Mental dan Cara Mengatasinya

25 September 2021, 15:42 WIB
Ilustrasi - 5 Tanda pasangan memiliki gangguan kepribadian /Pixabay/Pexels

PURBALINGGAKU - Cinta adalah sebuah misteri. Kita tidak pernah tahu apakah orang yang telah lama hadir  ataukah orang yang baru-baru saja kita temui yang menjadi jodoh kita.

Sayangnya, banyak dari kita yang tidak kenal secara mendalam bagaimana sebenarnya sifat pasangan. Ketika cinta tumbuh dan ternyata kita terikat secara emosional dengan orang yang mengalami gangguan kepribadian, di sinilah berbagai permasalahan timbul.

Seringkali, meski telah mengetahui sifat dan perilaku negatif pasangan, kita cenderung bertahan dan berusaha mengubah sifatnya.

Sayangnya, keinginan kadang tidak sejalan dengan kenyataan yang terjadi. Kita mungkin telah melewati batas waktu untuk bisa mengubah dia yang terus menerus menunjukan sifat negatif karena gangguan kepribadiannya.

Alih-alih bisa menjalani hubungan yang sehat, seketika, kita telah berada di jalan kehancuran.

Baca Juga: Selamat Jalan Insomnia, Ini 6 Langkah Mengatasi Gangguan Tidur dan Membuat Tidur Lebih Nyenyak

Ketika berada dalam hubungan yang sulit tersebut, kita bertanya pada diri sendiri, "Mengapa saya? Bagaimana ini bisa terjadi? Apakah ini salah saya?"

Mempertahankan hubungan dengan seseorang dengan gangguan kepribadian bisa sangat menantang dan meninggalkan bekas trauma emosional.

Hal ini dapat secara serius merusak harga diri, kesehatan, belum lagi kemungkinan konsekuensi lain seperti kekerasan dan kecanduan.

Orang dengan gangguan kepribadian sangat kaku dalam berpikir. Mereka sangat mementingkan diri sendiri dan menunjukkan perilaku egois yang tidak proporsional.

Kapasitas mereka untuk bisa introspeksi diri dan menunjukan empati sangat buruk. Mereka cenderung menghadapi kehidupan dengan cara yang sangat strategis.

Baca Juga: Lemak Perut Menumpuk? Rutin Konsumi Kopi Pahit Bisa Jadi Salah Satu Solusi

Orang dengan gangguan kepribadian memiliki seperangkat ide, keyakinan, dan aturan yang mereka jalani dalam hal bagaimana mereka melihat diri mereka sendiri dan orang lain.

Mereka didorong oleh motif untuk mengecoh, memanipulasi, dan mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Mereka merasa sangat kuat tentang keyakinan mereka dan dengan keras mempertahankan keyakinannya. Hal itu, merupakan bagian dari sistem perlindungan diri.

Mereka cenderung tidak percaya dengan orang lain. Sifat tersebut menjadi penghalang besar untuk komunikasi dan keintiman, yang merupakan elemen kunci dalam hubungan.

Gangguan kepribadian yang paling umum adalah narsistik, kepribadian ambang, ketergantungan, dan gangguan kepribadian antisosial.

Sebelum membahas lebih jauh, usia adalah salah satu faktor yang menunjukan gangguan kepribadian. Kepribadian seseorang belum sepenuhnya terbentuk sampai sekitar usia 25 tahun.

Pola-pola tersebut mulai terlihat pada masa remaja. Semakin kuat sifat dan semakin tua usia, semakin sedikit peluang untuk berubah dan tumbuh.

Baca Juga: Tips Mendidik Anak Berkarakter Islami

Berikut ini adalah beberapa tanda kita atau pasangan kita memiliki gangguan kepribadian.

1. Hubungan Terasa Sangat Rentan
Sejak awal hubungan, kita mulai memperhatikan reaksi aneh dan berulang untuk sesuatu yang tidak jelas dari pasangan. Mereka mungkin tiba-tiba menjadi sangat marah, meledak-ledak, atau cemburu.

Kadang-kadang, dia mendiamkan kita untuk waktu yang lama sebagai bentuk "hukuman". Sehingga, kita merasa bersalah dan berusaha mati-matian mempertahankan hubungan.

Kita mencoba berbagai cara untuk menenangkannya tetapi situasi justru bertambah sulit. Terkadang, kita meminta maaf tanpa alasan hanya untuk menyelesaikan konflik dan mengembalikan keharmonisan.

Momen "berbaikan" itu mungkin sangat intens dan memuaskan. Kita berharap peristiwa yang sama tidak akan terulang.

Seiring waktu, momen-momen ledakan emosional pasangan ternyata tidak berkurang. Kita kehabisan cara dan hanya belajar menerima suasana hatinya.

Lambat laun, kita menjadi sangat waspada dan cemas tentang suasana hati dan sikapnya. Satu-satunya cara mempertahankan hubungan adalah dengan menghindari konflik.

Dalam proses ini, kita kehilangan diri sendiri. Kita membentuk identitas baru untuk diri kita sendiri agar tidak dibenci dan disukai pasangan. Kita akan terus mengalah, menurutinya, semata-mata agar hubungan tidak retak.

Baca Juga: Tips Belajar Dari Rumah di Masa Pandemi

2. Ragu dan Menyalahkan Diri Sendiri
Orang dengan gangguan kepribadian terlihat sangat meyakinkan. Mereka merasa sangat benar tentang persepsi mereka sendiri.

Jika terjadi suatu masalah, mereka akan menempatkan kesalahan pada kita dengan argumen-argumen yang begitu meyakinkan. Sehingga, kita akan ragu dengan kebenaran yang kita yakini sebelumnya.

Hal ini membuat kita merasa bersalah. Kemudian meminta maaf setiap terjadi perselisihan.

Kita mungkin mendapati diri kita menghabiskan waktu berjam-jam dalam konflik batin, meneliti tindakan dan perilaku kita sendiri, dan pada akhirnya setuju dengan pasangan, bahwa kitalah yang menyulut konflik.

Kita menjadi begitu tidak berdaya dalam prinsip kita sendiri.

3. Membohongi Diri Sendiri
Kita ingin menyelamatkan hubungan dengannya. Bagaimanapun, kita terikat secara emosional dan telah menghabiskan banyak waktu di dalamnya.

Selain itu, dia mungkin telah menghadirkan momen indah yang tak terlupakan. Sehingga kita ingin membuktikan bahwa pandangan orang lain tentang sifat negatif pasangan adalah salah.

Kita mulai hidup dalam fantasi bahwa kita dapat memperbaiki sifatnya. Kita terus menjalani hubungan, menjaganya agar tetap harmonis, meski kenyataan tidak sesuai dengan yang dibayangkan.

Akibatnya, kita mulai menghindari orang dan pertemuan sosial. Kita menciptakan fantasi hubungan yang sempurna dan mulai menggambarkannya baik-baik saja.

Karena terbiasa hidup di ruang imajinasi itulah kita  berbohong kepada diri sendiri, rekan kerja, dan keluarga.

Pada akhirnya, di dalam hati, kita tahu kebenaran yang membuat merasa sedih dan tertekan. Pikiran untuk meminta bantuan siapa pun semakin jauh dari kenyataan karena rasa malu yang sudah dirasakan.

Selain itu, karena terus berusaha menjaga hubungan yang harmonis, tanpa kita sadarai kita telah melepaskan hobi, minat, atau cita-cita yang pernah kita miliki.

Baca Juga: Amalan Tolak Miskin dari Gus Baha, Baca Ini Kamu Ga Bakalan Fakir

4. Merasa putus asa.
Kita merasa terjebak dalam kebiasaan menjaga hubungan dan menjaga temperamen pasangan. Kita tidak memiliki kekuatan untuk pergi dan tidak tahu cara untuk memperbaikinya.

Masa depan menjadi begitu sulit diterka. Apakah hubungan baik-baik saja sekarang atau rusak esok hari. Sebagian waktu kita habiskan hanya untuk merasa khawatir.

Ketika semuanya baik-baik saja, kita tahu pasangan bisa bertindak impulsif kapan saja. Kita menjalani hari dengan perasaan tidak nyaman.

Bahkan kita kesulitan untuk sekedar membuat rencana liburan atau menepati janji hangout bersama teman. Pasangan yang bakal kita ajak, bisa secara mendadak membatalkannya. Rencana bisa rusak pada menit terakhir.

5. Gejala Emosional dan Fisik Mulai Terlihat
Akhirnya, keadaan ketakutan dan ketakutan ditinggalkan yang terus-menerus menjadi kronis. Praktek represi dan kewaspadaan emosional sehari-hari berkembang menjadi gejala kecemasan.

Kita mungkin mengalami sakit kepala, leher tegang, masalah pencernaan, tekanan darah tinggi, kesulitan tidur, dan pikiran yang terburu-buru.

Akibatnya, kita kita terbiasa makan makanan yang salah, minum terlalu banyak, atau menggunakan obat-obatan, termasuk obat penenang untuk mengurangi kecemasan.

Karena stres kronis, sistem kekebalan tubuh  melemah dan mulai sering sakit.

Baca Juga: Mager Bertanya - Sesat Berprasangka, Begini Cara Lepas dari Kebiasaan Buruk Mudah Menghakimi Orang Lain

Jadi, sekarang kita telah menerima kenyataan bahwa ya, pasangan kita memiliki gangguan kepribadian. Apa berikutnya?

1. Carilah bantuan profesional atau hadiri kelompok yang mengalami masalah serupa. Pengakuan adalah langkah pertama yang melegakan.

Saat hubungan yang toxic bukan lagi rahasia, itulah dorongan pertama untuk bergerak maju.

Mendengarkan nasehat dari profesional maupun orang lain yang mengalami hal serupa akan membantu kita introspeksi diri.

Kita akan tahun kapan dan dimana pertama kali mengabaikan tanda bahaya awal dan terus mengejar hubungan dengan pasangan.

Hal ini akan membantu menyembuhkan dan mempersiapkan hubungan di masa depan dengan membangun komitmen baru.

2. Bicaralah dengan teman dekat atau anggota keluarga yang kita percayai. Jangan merasa malu. Kemungkinan besar teman kita akan merasa lega dan menyarankan cara untuk membantu kita secara emosional dan di bidang lain yang mungkin kita butuhkan.

3. Ambil langkah-langkah kecil untuk perawatan diri saat masih dalam hubungan. Kembali ke gym atau olahraga favorit, memulai diet sehat, pelajari keterampilan baru, lakukan pencarian spiritual, atau ikuti kelas yoga. Idenya adalah membawa hal-hal positif baru ke dalam hidup untuk mengumpulkan kekuatan dan memulihkan identitas kita.

Baca Juga: Doa Saat Hujan, Amalkan Ini Agar Mendapatkan Perlindungan dan Pertolongan Allah SWT

Orang dengan gangguan kepribadian memang memiliki kesadaran diri yang rendah dan keterikatan yang kuat pada perilaku mereka. Namun, perubahan pribadi sangat dimungkinkan dan tersedia bagi siapa saja yang benar-benar menginginkannya.

Kehilangan besar atau pengalaman menyakitkan dalam hidup dapat menjadi penyebab utama dia mengalami gangguan kepribadaian. Jika pasangan bersedia mencari bantuan profesional, mungkin ada harapan untuk hubungan tersebut.

Jika tidak ada pilihan lain, hentikan hubungan dengan pasangan dan mulailah hidup baru yang menyenangkan.***

Editor: Galuh Widoera Prakasa

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler