Pilih Obligasi Atau Reksadana? Investasi Minim Resiko Untuk Jangka Panjang

6 September 2022, 09:30 WIB
Ilustrasi investasi jangka panjang, obligasi dan reksadana /Pixabay

PURBALINGGAKU - Secara umum, obligasi dan reksadana adalah investasi dengan minim resiko.

Meskipun demikian, obligasi dan reksana tetap memiliki perbedaan signifikan.

Menilik dari perbedaan obligasi dan reksadana, obligasi lebih merujuk pada surat hutang jangka menengah hingga jangka panjang untuk diperjual belikan.

Obligasi isinya adalah perjanjian dari pihak penerbit, sebagai efek yang digunakan untuk pembayaran imbalan berbentuk kupon untuk periode tertentu.

Pelunasan pokok utangnya, dapat dilakukan di akhir waktu yang sudah ditentukan sebelumnya pada pembeli obligasi.

Kupon tersebut menjadikan obligasi masuk dalam instrument investasi dengan pendapatan tetap, dengan tujuan memberikan sumbangsih pada tingkat pertumbuhan investasi yang stabil.

Anda bisa membeli obligasi, ketika penawaran perdana ataupun penawaran di pasar sekunder.

Baca Juga: Mengenal Time Frame Dalam Trading, Pilih Secara Tepat Agar Return yang Didapatkan Maksimal

Obligasi terdiri dari tiga jenis, yaitu obligasi pemerintah (Surat Utang Negara oleh Pemerintah), obligasi korporasi (Surat Utang oleh BUMN atau korporasi lainnya), dan obligasi ritel (Pemerintah menjual pada perseroangan).

Beralih ke reksadana, reksadana adalah pengalokasian pengelolaan dana yang besarnya 80 persen pada obligasi.

Biasanya berbentuk RDPT atau Reksadana Pendapatan Tetap, yang penerbitan dan pengelolaannya dilakukan Manajer Investasi atau MI.

Apabila Anda membeli unit reksana, maka dana Anda tidak hanya dialirkan untuk membeli satu obligasi saja.

Dengan kata lain, portofolio investasi Anda nantinya terdersifikasi ke bermacam-macam surat utang baik yang dimiliki pemerintah ataupun swasta.

Anda pun dapat memilih secara bebas produk reksadana, sekaligus dengan profil dari alokasi dananya.

Apabila melihat berdasarkan aspek fleksibilitasnya, maka reksadana lebih baik daripada obligasi, sebab Anda hanya perlu untuk membeli RDPT yang dijual MI terpercaya.

Tidak hanya itu saja, dari segi jumlah investasi minimalnya juga lebih baik.

Baca Juga: 5 Penyebab Fluktuasi Harga Emas, Kekuatan Ekonomi AS Berpengaruh

Sebab syarat yang ditetapkan reksadana sangat minimal, yaitu 10 ribu. Sedangkan obligasi minimal investasinya mencapai 1 juta.

Yang Anda perlukan ketika akan membeli reksadana cukup KTP dan rekening bank, berbeda dengan obligasi yang juga mensyaratkan penyetoran NPWP.

Ketika Anda akan menjual reksadana, Anda tidak harus menunggu jatuh tempo tenor.

Unit RDPT yang ada di Anda, boleh dilepaskan pada MI tempat dimana Anda membelinya kapan saja berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Nah, untuk obligasi juga memperbolehkan investor menjual obligasinya ke pasar sekunder  meskipun belum jatuh tempo.

Anda kemungkinan bisa mendapatkan margin berdasarkan selisih dari harga jual dan harga belinya.

Obligasi lebih menawarkan keuntungan yang wujudnya berupa yield dan kupon yang pembayaranya dilakukan secara berkala, sebelum masa jatuh tempo atau berdasarkan ketentuan berlaku.

Besaran kupon dapat bergantung pada kebijakan dari lembaga yang menerbitkan obligasi Anda tersebut.

Baca Juga: Faktor yang Mempengaruhi Nilai Kurs Mata Uang, Penentu Tingkat Ekonomi Negara

Untuk Surat Utang Negara secara umum memberikan imbalan mencapai 5 hingga 7 persen, yang bergantung pula pada kondisi perekonomian dan kebijakan pemerintah.

Hal serupa juga berlaku untuk obligasi yang berasal dari swasta ataupun ritel.

Sementara untuk imbalan reksadana tergantung dari kinerja pengelolaan dana.

Namun biasanya angkanya pun tidak berbeda dengan kebanyakan imbalan obligasi, sebab 80 persen dana juga dikelola pada instrumen tersebut.

Jadi, Anda pilih investasi obligasi atau reksadana?.***

 

Editor: Tias Cahya

Sumber: Dari Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler